img
(Foto: piperreport)
Jakarta, Hepatitis toksik mungkin masih asing bagi sebagian besar masyarakat. Tapi jika tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan kegagalan fungsi hati. Apa saja yang bisa menyebabkan hepatitis toksik?
Hepatitis toksik adalah peradangan yang terjadi pada organ hati. Hepatitis toksik terjadi karena organ hati yang akibat terlalu banyak terkena paparan dari zat kimia beracun, minum obat-obatan atau mengonsumsi jamur yang beracun.
Dalam beberapa kasus, hepatitis toksik bisa terjadi dalam hitungan jam, hari atau bahkan berbulan-bulan akibat penggunaan toksik tersebut secara terus menerus.
"Hepatitis toksik ini dibagi menjadi dua yaitu akibat alergi dan obat, tapi yang paling banyak terjadi adalah reaksi antibodi karena alergi," ujar Dr Dante Saksono H, SpPD, PhD, saat dihubungi detikHealth, Rabu (25/11/2009).
Dante menuturkan gejala yang ditimbulkan adalah mual-mual, dan terganggunya fungsi liver yang ditandai dengan warna kuning pada kulit. Selain itu jika dilakukan tes laboratorium didapatkan nilai SGOT dan SGPT nya tinggi.
"Dikatakan hepatitis toksik jika nilai SGOT dan SGPT tiga kali lipat di atas nilai normal setelah mengonsumsi obat tertentu," ungkap dosen pengajar di FKUI ini.
Hepatitis yang terjadi akibat konsumsi obat karena adanya zat dalam obat tersebut yang bisa meracuni liver. Obat yang sering menimbulkan hepatitis toksik adalah obat-obatan kanker seperti kemoterapi. Tapi ini tergantung dari sensitivitas tubuh setiap orang.
"Jika ada yang menunjukkan gejala tersebut langsung berhenti minum obat dan segera dibawa ke rumah sakit agar tidak terjadi kerusakan hati yang lebih besar," ujar dokter anggota Persatuan Dokter Penyakit
Dalam Indonesia (PAPDI).
Obat yang berpotensi terkena hepatitis toksik adalah karena konsumsi beberapa jenis obat paru yang bisa mengakibatkan hepatitis autoimun terutama bagi orang yang hipersensitif sehingga harus dimonitor terus penggunaannya.
Ada juga obat kolesterol yang bisa menimbulkan hepatitis toksik langsung, sebaiknya sebulan setelah mengonsumsi obat tersebut melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap nilai SGOT dan SGPT.
"Tidak semua orang mengalami hepatitis toksik tergantung dari metabolisme, reaksi terhadap alergi dan seberapa besar hipersensitifitas orang tersebut. Karena semakin tinggi sensitifitas dirinya maka kerusakan hati yang mungkin ditimbulkan juga semakin besar," tambah dokter yang berpraktik di Rumah Sakit MMC Kuningan ini.
Namun bukan berarti masyarakat harus anti obat. Dr Dante mengatakan agar masyarakat jangan takut dengan obat. Selama obat tersebut dikonsumsi sesuai aturan dan dimonitor dengan baik maka tidak akan menimbulkan efek jangka pendek maupun jangka panjang. Hal penting lainnya yang harus diketahui adalah kenali sensitifitas diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar