Sabtu, 08 Oktober 2016

Spirometri

Pengertian dan Gambaran Umum

 

Spirometri secara harfiah berarti “pengukuran napas seseorang.” Tujuan dari tes yang merupakan salah satu tindakan yang paling sering dianjurkan untuk pasien dengan masalah paru-paru ini, adalah untuk mengukur fungsi paru-paru, yaitu dalam hal volume dan aliran udara yang dapat dihembuskan atau dihirup oleh seseorang. Data yang dihasilkan dari tindakan ini disebut pneumotachographs, yang dapat digunakan untuk memeriksa dan menilai kondisi tertentu seperti fibrosis kistik, asma, bronkitis, emfisema, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Tindakan pengujian ini dilakukan dengan menggunakan spirometer, yang mengukur volume udara yang dihembuskan dan dihirup oleh paru-paru, serta peredaran udara pada paru-paru. Kebanyakan jenis spirometer dapat mengidentifikasi dua jenis pola peredaran udara yang mungkin mengindikasikan kelainan pada paru-paru: restriktif dan obstruktif.
Terdapat berbagai jenis spirometer, yang menggunakan berbagai metode untuk mengukur aliran udara dan volume, seperti meteran air, ultrasonic, dan tekanan transduser. Spirometer biasa dapat menghasilkan dua jenis grafik, yaitu: kurva volume waktu (dengan waktu dalam detik di sumbu x, dan volume dalam liter di sumbu y) dan lingkaran aliran volume (representasi grafis dari total volume yang terhirup/terhembus pada sumbu x dan tingkat aliran udara pada sumbu y).

Siapa Saja yang Harus Menjalani Tes ini dan Mendapatkan Manfaatnya

Spirometri dianjurkan bagi pasien yang:
  • Memiliki masalah pernapasan
  • Diduga atau memiliki penyakit paru-paru seperti bronkitis, asma, atau emfisema
  • Mengalami sesak napas atau menghirup uap kimia di tempat kerja
  • Akan menjalani bedah rumit (untuk memastikan bahwa fungsi paru-paru berada pada tingkat yang sehat untuk mencegah masalah selama bedah dilakukan)
  • Berada di bawah pengaruh obat tertentu (dokter dapat menggunakan spirometri untuk mengetahui     efek dari obat-obatan ini pada paru-paru pasien
  • Memiliki gangguan paru-paru kronis
Anak-anak yang tidak dapat memahami instruksi untuk tes ini tidaklah memenuhi syarat untuk melakukan tindakan ini. Biasanya, tindakan yang dilakukan tanpa menggunakan obat penenang ini, dilakukan pada pasien yang sudah berusia enam tahun atau lebih.
Tindakan spirometri biasanya menghasilkan FVC (kapasitas vital paksa), yang memberitahukan dokter ahli jumlah terbesar udara yang dapat dihembuskan oleh pasien (dengan kekuatan maksimum) setelah diberitahu untuk menghirup udara sedalam mungkin. Jika FVC-nya menunjukan hasil yang lebih rendah dari hasil normal, dokter dapat menyimpulkan bahwa pasien memiliki masalah penyumbatan pernapasan.
Pembacaan spirometri lainnya yaitu FEV-1 (volume penghembusan udara paksa), yang mengukur jumlah udara yang dapat pasien keluarkan dengan paksa dari dalam paru-parunya dalam hitungan detik. Informasi ini membantu dokter ahli menentukan dan menilai separah apa masalah pernapasan pasien. Jika FEV-1-nya menunjukan hasil yang lebih rendah dari pembacaan normal, pasien mungkin memiliki masalah obstuksi parah dalam saluran udaranya sehingga mencegah pernapasan normal.

Bagaimana Cara Kerja Spirometri?

 

Beragam cara spirometri dapat dilakukan, bergantung pada jenis peralatan yang digunakan. Namun, untuk tes FVC, pasien biasanya diminta untuk menarik napas sedalam mungkin. Napas ini kemudian akan dihembuskan secara paksa ke dalam corong mesin spirometri, yang dilengkapi dengan sensor yang dapat mengukur volume udara yang dihirup dan dihembuskan. Pasien akan diminta menghembuskan napas ke sensor dalam waktu enam detik. Dokter kemudian akan meminta pasien untuk menghirup udara dengan cepat untuk mengetahui keberadaan dan menilai sejauh mana obstruksi saluran napas bagian atas.
Ada juga beberapa mesin spirometri yang membutuhkan pasien untuk menghirup udara pelan-pelan dan menghembuskan napas ke dalam sensor untuk mengukur volume tidal. Beberapa dokter menggunakan klip penutup hidung yang terbuat dari bahan yang lembut dan lentur untuk mencegah udara keluar melalui hidung pasien. Mesin juga dapat dilengkapi dengan corong khusus untuk menyaring napas pasien dan mencegah mikroorganisme menyebar.

Kemungkinan Komplikasi dan Risiko

Umumnya, tindakan spirometri sangatlah aman. Beberapa pasien melaporkan sesak napas singkat atau pusing setelah tes selesai dilakukan, namun gangguan ini akan hilang setelah beberapa saat.
Pasien yang baru saja menderita serangan jantung atau kondisi yang berhubungan dengan masalah jantung apapun bukanlah calon ideal untuk melakukan tindakan spirometri karena tes memerlukan beberapa upaya pada tubuh pasien.
Dalam kasus yang sangat langka, spirometri diketahui sebagai pemicu masalah pernapasan pada pasien.

Referensi:
  • Hegewald MJ, Crapo RO. Pulmonary function testing. In: Mason RJ, Broaddus VC, Martin TR, et al., eds. Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine. 5th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2010:chap 24.
  • Reynolds HY. Respiratory structure and function: mechanisms and testing. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Goldman’s Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2011:chap 85.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar